NAMA KELOMPOK:
1.
Amalia
Kusuma Wardhani (10512682)
2.
Sharah
Hanifah (16512958)
3.
Muhamad
Burhan Adli (14512701)
4.
Yanuar
Dimas (1C514354)
Kelas : 1PA18
Tugas Portofolio 4
Pengembangan Kreativitas dan
Keberbakatan
Pembelajaran Anak Berbakat
1.
Ciri
– ciri anak berbakat
Prof. Utami Munandar dalam bukunya, mengembangkan Bakat dan
Kreativitas Anak Sekolah, menuliskan indikator keberbakatan sebagai berikut:
a) Ciri-ciri Intelektual/Belajar:
Mudah menangkap pelajaran, ingatan
baik, perbendaharaan kata luas, penalaran tajam (berpikir logis-kritis,
memahami hubungan sebab-akibat), daya konsentrasi baik (perhatian tak mudah
teralihkan), menguasai banyak bahan tentang berbagai topik, senang dan sering
membaca, ungkapan diri lancar dan jelas, pengamat yang cermat, senang mempelajari
kamus maupun peta dan ensiklopedi. Cepat memecahkan soal, cepat menemukan
kekeliruan atau kesalahan, cepat menemukan asas dalam suatu uraian, mampu
membaca pada usia lebih muda, daya abstraksi tinggi, selalu sibuk menangani
berbagai hal.
b) Ciri-ciri Kreativitas:
Dorongan ingin tahunya besar, sering
mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan dan usul terhadap
suatu masalah, bebas dalam menyatakan pendapat, mempunyai rasa keindahan,
menonjol dalam salah satu bidang seni, mempunyai pendapat sendiri dan dapat
mengungkapkannya serta tak mudah terpengaruh orang lain, rasa humor tinggi,
daya imajinasi kuat, keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan
gagasan, karangan, dan sebagainya. Dalam pemecahan masalah menggunakan
cara-cara orisinal yang jarang diperlihatkan anak-anak lain), dapat bekerja
sendiri, senang mencoba hal-hal baru, kemampuan mengembangkan atau memerinci
suatu gagasan (kemampuan elaborasi)
c) Ciri-ciri Motivasi:
Tekun menghadapi tugas (dapat
bekerja terus-menerus dalam waktu lama, tak berhenti sebelum selesai), ulet
menghadapi kesulitan (tak lekas putus asa), tak memerlukan dorongan dari luar
untuk berprestasi, ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan,
selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tak cepat puas dengan prestasinya),
menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah “orang dewasa” (misalnya
terhadap pembangunan, korupsi, keadilan, dan sebagainya).
Senang dan rajin belajar serta penuh
semangat dan cepat bosan dengan tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan
pendapat-pendapatnya (jika sudah yakin akan sesuatu, tak mudah melepaskan hal
yang diyakini itu), mengejar tujuan-tujuan jangka panjang (dapat menunda
pemuasan kebutuhan sesaat yang ingin dicapai kemudian), senang mencari dan
memecahkan soal-soal.
Hal ini menunjuk pada semangat dan
motivasi untuk mengerjakan danmenyelesaikan suatu tugas. Suatu pengikatan diri
dari dalam diri.Adapun ciri-ciri keberbakatan yang telah memiliki korelasi yang
signifikandengan tiga aspek tersebut (Balitbang Depdikbud, 1986) sebagai
berikut:Lancar berbahasa (mampu mengutarakan pemikirannya),Memiliki rasa ingin
tahu yang besar terhadap ilmu pengetahuan, Memiliki kemampuan yang tinggi dalam
berpikir logis dan kritis, Mampu belajar atau bekerja secara mandiri, Ulet
menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa), Mempunyai tujuan yang jelas
dalam tiap kegiatan atau perbuatannya, Cermat atau teliti dalam
mengamati, Memiliki kemampuan memikirkan beberapa macam pemecahan masalah,
Mempunyai minat yang luas, Mempunyai daya imajinasi yang tinggi,
Belajar dengan mudah dan cepat, Mapu mengemukakan dan
mempertahankan pendapat, Mampu berkonsentrasi, Tidak memerlukan dorongan
(motivasi) dari luarBentuk-bentuk penyelenggaraan program percepatan belajar,
Ditinjau dari bentuk penyelenggaraan
dapat dibedakan menjadi tiga jenis (Clark, 1983) sebagaiberikut:
·
Sekolah
khususYaitu semua siswa yang belajar di sekolah ini adalah siswa yang
memilikipotensi kecerdasan dan bakat istimewa
·
Kelas
khususYaitu siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
belajardalam kelas khusus.
·
Kelas
regular yaitu siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
tetapberada bersama-sama dengan siswa lainnya di kelas regular (model inklusi),
bentuk penyelenggaraan pada kelas regular dapat dilakukan dengan model
sebagai berikutnya. Kelas regular dengan kelompok (cluster).
2.
Implikasi dalam Pembelajaran (Teori Barbe
dan Renzuli )
Menurut definisi yang dikemukakan
Joseph Renzulli (1978), anak berbakat memiliki pengertian, “Anak berbakat
merupakan satu interaksi diantara tiga sifat dasar manusia yang menyatu ikatan
terdiri dari kemampuan umum dengan tingkatnya di atas kemampuan rata- rata,
komitmen yang tinggi terhadap tugas dan kreativitas yang tinggi.
·
High
Potential Ability (Kecerdasan Tinggi) Standard yang ditetapkan untuk anak
berbakat oleh Diknas tahun 2003 adalah 140 . Kalau hasil tes menunjukkan IQ
anak mencapai 140 ke atas, maka anak itu otomatis disebut gifted child. Tetapi
kemudian muncul pembagian tertentu untuk anak berbakat dilihat dari IQnya.
Keberbakatan ringan (IQ 115 – 129), keberbakatan sedang (IQ 130 – 144),
keberbakatan tinggi (IQ 145 ke atas).
·
Task
Commitment adalah sejauh mana tanggung jawab dalam meyelesaikan tugas. Tidak
hanya tugas dari sekolah tapi juga tugas di rumah. Task commitment dapat diukur
melalui tes tertentu yang hanya boleh dilakukan oleh psikolog. Task commitment
ini mencakup tanggung jawab, motivasi, keuletan, kepercayaan diri, memiliki
tujuan yang jelas sebelum melakukan sesuatu dan kemandirian.
·
Kreativitas
bisa diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan hal-hal baru atau kemampuan
untuk membuat kombinasi-kombinasi baru dari yang sudah ada. Kreativitas dapat
dinilai dari 4 hal, produk, pribadi, proses dan pencetus / penghambat. Suatu
produk dikatakan kreatif kalau produk itu baru, berbeda dari yang sudah ada,
lebih baik dari yang lain dan tentu saja berguna. Sifat pribadi kreatif yang
lain adalah terbuka pada hal-hal baru, punya rasa ingin tau yang besar, ulet,
mandiri, berani mengambil resiko, berani tampil beda, percaya diri dan humoris.
Anak berbakat ialah anak yang memiliki kecakapan dalam
mengembangkan gabungan ketiga sifat ini dan mengaplikasikan dalam setiap
tindakan yang bernilai. Anak-anak yang mampu mewujudkan ketiga sifat itu
masyarakat memperoleh kesempatan pendidikan yang luas dan pelayanan yang
berbeda dengan program-program pengajaran yang reguler (Swssing, 1985).
Pengertian lain menyebutkan bahwa anak gifted adalah anak
yang mempunyai potensi unggul di atas potensi yang dimiliki oleh anak-anak
normal. Para ahli dalam bidang anak-anak gifted memiliki pandangan sama ialah
keunggulan lebih bersifat bawaan dari pada manipulasi lingkungan sesudah anak
dilahirkan.
Anak yang memiliki bakat istimewa sering kali memiliki tahap
perkembangan yang tidak serentak. Ia dapat hidup dalam berbagai usia
perkembangan, misalnya: anak berusia tiga tahun, jika sedang bermain ia
terlihat seperti anak seusianya, tetapi jika sedang membaca ia menampilkan
sikap seperti anak berusia 10 tahun, jika mengerjakan soal matematika ia
seperti anak berusia 12 tahun, dan jika berbicara seperti anak berusia lima
tahun.
Perlu dipahami adalah bahwa anak berbakat umumnya tidak
hanya belajar lebih cepat, tetapi juga sering menggunakan cara yang berbeda
dari teman-teman seusianya. Hal ini tidak jarang membuat guru di sekolah
mengalami kewalahan, bahkan sering merasa terganggu dengan anak-anak seperti
itu. Di samping itu anak berbakat istimewa biasanya memiliki kemampuan menerima
informasi dalam jumlah yang besar sekaligus. Jika ia hanya mendapat sedikit informasi
maka ia akan cepat menjadi “kehausan” akan informasi.
Implikasi bagi guru anak berbakat
disimpulkan oleh Barbie dan Renzulli (1975) sebagai berikut :
·
guru
perlu memahami diri sendiri, karena anak yang belajar tidak hanya dipengaruhi
oleh apa yang dilakukan guru, tetapi juga bagaimana guru melakukannya.
·
guru
perlu memiliki pengertian tentang keterbakatan
·
guru
hendaknya mengusahakan suatu lingkungan belajar sesuai dengan perkembangan yang
unggul dari kemampuan-kemampuan anak
·
Guru
memberikan tantangan daripada tekanan
·
Guru
tidak hanya memperhatikan produk atau hasil belajar siswa, tetapi lebih-lebih
proses belajar.
·
Guru
lebih baik memberikan umpan balik daripada penilaian harus menyediakan beberapa
alternatif strategi belajar
·
Guru
hendaknya dapat menciptakan suasana di dalam kelas yang menunjang rasa harga
diri anak serta dimana anak merasa aman dan berani mengambil resiko dalam
menentukan pendapat dan keputusan.
Peran
Orang Tua dalam Memupuk Bakat dan Kreativitas Anak.
Orang tua yang bijaksana dapat membedakan antara memberi
perhatian terlalu banyak atau terlalu sedikit, antara memberi kesempatan kepada
anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya dan memberi tekanan untuk
berprestasi semaksimal mungkin.
Ada
beberapa hal yang memudahkan orang tua agar lebih mantap dalam menghadapi dan
membina anak berbakat (Ginsberg dan Harrison, 1977; Vernon, 1977) diantaranya
adalah:
- anak berbakat itu tetap anak dengan kebutuhan seorang anak. Jika ada anak-anak lain dalam keluarga, janganlah membandingkan anak berbakat dengan kakak-adiknya atau sebaliknya.
- Sempatkan diri untuk mendengarkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya
- Berilah kesempatan seluas-luasnya untuk memuaskan rasa ingin tahunnya dengan menjajaki macam-macam bidang, namun jangan memaksakan minat-minat tertentu.
- Berilah kesempatan jika anak ingin mendalami suatu bidang, karena belum tentu kesempatan itu ada di sekolah.
- Kerjasama Antara Keluarga, Sekolah dan Masyarakat
Pendidikan merupakan tanggung jawab
bersama keluarga (orang tua), sekolah, dan masyarakat. Keluarga dan sekolah
dapat bersama-sama mengusahakan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat,
misalnya dalam memandu dan memupuk minat anak. Tokoh-tokoh dalam masyarakat
dapat menjadi “tutor” untuk anak berbakat yang mempunyai minat yang sama.
3.
Kurikulum Berdiferensiasi untuk Anak
Berbakat
Untuk melayani kebutuhan
pendidikan anak berbakat perlu di usahakan pendidikan yang berdiferensiasi, ya
itu yang memberi pengalaman pendidikan yang di sesuaikan dengan minat dan
kemampuan intelektual, siswa (Ward, 1980)
Bagaimana kurikulum dapat
dideferensiasi untuk siswa berbakat ?
a. Materi (konten)
yang di percepat atau yang lebih maju
b. Pemahaman yang
lebih majemuk dari generalisasi , asas, teori, dan struktur dari bidang materi
c. Bekerja dengan
konsepdan proses pemikiran yang abstrak
d. Tingkat dan
jenis sumber yang di guakan untuk memperoleh informasi dan keterampilan
e. Waktu belajar
untuk tugas rutin dapat di percepat, dan waktu untuk mendalamisuatu topik atau
bidang dapat lebih lama
f. Mencipta
informasi dan/atau produk baru
g. Memindahkan
pembelajaran ke bidang bidang lain yang lebih menantang
h. Pengembangan
diri pertumbuhan pribadi dalam sikap, perasaan, dan apresiasi.
i.
Kemandirian dalam berfikir dan belajar.
Tiga hal yang membedakan penerapan
kurikulum berdiferensiasi dengan kurikulum umum:
- Konten. Muatan atau materi yang diberikan kepada anak berbekat berbeda-beda sesuai dengan minat dan kemampuan anak.
- Proses. Proses belajar anak berbakat, entah itu waktu maupun caranya, dibedakan dengan anak umumnya sesuai dengan tingkat kemampuan anak.
- Produk. Dalam hal penugasan, anak berbakat diberikan beban produk yang lebuh rumit dan kompleks daripada anak umum. Produk belajar itu sendiri dapat berupa lisan, tulisan, ataupun benda.
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar