Selasa, 12 Mei 2015

Tulisan Portofolio 2



Tulisan Portofolio 2

Pengembangan Kreativitas dan Keberbakatan

Nama : Amalia Kusuma Wardhani
Npm  : 10512682
Kelas :  1PA18

Kata-kata Motivasi

Jadilah manusia yang bersyukur dalam hal apapun.
Dalam hal materi, pandanglah ke bawah.
Karena disana masih banyak orang-orang yang kurang beruntung dari pada keadaanmu saat ini.

Dalam hal prestasi, pandanglah ke atas.
Karena disana masih banyak orang-orang yang lebih hebat dibandingkan dengan dirimu.

Janganlah tinggi hati atas apa yang telah kau peroleh saat ini.
Karena semua itu hanyalah titipan dari Tuhan. Jika Tuhan berkehendak untuk mengambilnya maka dirimu hanyalah manusia yang sepatutnya bersyukur atas pemberiannya. Bukan malah mengingkari nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan.

By : Amalia Kusuma Wardhani

Sabtu, 02 Mei 2015

Pengembangan Kreativitas dan Keberbakatan (Tugas Portofolio 3)




Tugas Portofolio 3
Pengembangan Kreativitas dan Keberbakatan
Belajar dan Mengajar Kreatif

Nama  Kelompok:
Amalia Kusuma Wardhani (10512682)
Sharah Hanifah (16512958)
Muhammad Burhan Adli (14512701)
Yanuar Dwi Dimas Prasetya (1C514354)
Kelas : 1 PA 18

1.      Arti Belajar Kreatif
a.      Pengertian Belajar Kreatif

Kreativitas adalah hasil dari interaksi antara individu dan lingkungannya seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada dengan demikian baik berubah di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif (Munandar, 1995 : 12).
Kreativitas juga diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya (Supriyadi, 1994 : 7).
Secara psikoligis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. “belajar juga adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (Slameto, 2003 : 2).
Ahli pendidikan modern merumuskan bahwa belajar adalah suatu  bentuk pertmbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan (Aqib, 2003 : 42). Belajar merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang  tanpa mengenal batas usia dan berlangsung seumur hidup (Rohadi, 2003 : 4). Dengan demikian belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk merubah prilakunya, jadi hasil dari kegiatan belajar adalah berupa perubahan prilaku yang relatif permanen pada diri orang yang belajar.
Tornace dan Myres dikutip oleh Triffinger (1980) dalam Semiawan dkk (1987:34) berpendapat bahwa belajar kreatif adalah “menjadi peka atausadar akan masalah, kekuarangan-kekurangan, kesenjangan dalam pengetahuan, unsur-unsur yang tidak ada, ketidak harmonisan dan sebagainya. Mengumpulkam informasi yang ada, membataskan kesukaran, atau menunjukkan (mengidentifikasi) unsur yang tidak ada, mencari jawaban, membuat hipotesis, mengubah dan mengujinya, menyempurnakan dan akhirmnya mengkomunikasikan hasil-hasilnya” .
Sedangkan proses belajar kreatif menurut Torance dan Myres berpendapat bahwa proses belajar kreatif sebagai : “keterlibatan dengan sesuatu yang berarti, rasa ingin tahu dan mengetahui dalam kekaguman, ketidak lengkapan, kekacauan, kerumitan, ketidakselarasan, ketidakteraturan dan sebagainya.
Kesederhanaan dari struktur atau mendiagnosis suatu kesulitan dengan mensintesiskan ionformasi yang telah diketahui, membentuk kombinasi dan mendivergensi dengan menciptakan alternatif-alternatif baru, kemungkinan-kemungkinan baru, dan sebagainya. Mempertimbangkan, menilai, memeriksa, dan menguji kemungkinan-kemungkinan baru, menyisihkan, memecahkan yang tidak berhasil, salah dan kurang baik, memilih pemecahan yang paling baik dan membuatnya menarik atau menyenangkan secara estesis, mengkonunikasi hasi-hasilnya kepada orang lain” (Semiawan, DKK. 1987 : 35).
Dengan demikian dalam belajar kreatif harus melibatkan komponen-komponen pengalaman belajar yang paling menyenangkan dan paling tidak menyenangkan lalu menemukan bahwa pengalaman dalam proses belajar kreatif sangat mungkin berada  di antara pengalaman-penglaman belajar yang sangat menenangkan, pengalama-pengalaman yang sangat memberikan kepuasan kepada kita dan yang sangat bernilai bagi kita.
Jadi kreativitas belajar dapat diartikan sebagai kemampuan siswa menciptakan hal-hal baru dalam belajarnya baik berupa kemampuan mengembangkan  kemampuan formasi yang diperoleh dari guru dalam proses belajar mengajar yang berupa pengetahuan sehingga dapat membuat kombinasi yang baru dalam belajarnya.

b.      Proses Belajar Kreatif
 Graham  Wallas (1926)dalam bukunya „The Art of Thought’
yang  mengatakan  bahwa proses kreatif meliputi empat tahap, yaitu (1) persiapan; (2) inkubasi; (3) iluminasi, dan (4) verifikasi.

1)      Tahap persiapan/orientasi(preparasi)
seseorang mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan belajar berfikir, mencari jawaban, bertanya kepada orang lain. Pada tahap persiapan ide datang dan timbul dari berbagai kemungkinan, dan ini dapat berasaldari guru melalui penjelasan atau penyampaian informasi topik materi pelajaran atau dapat pula dari siswa yang sebelumnya telah ditugaskan oleh guru untuk mencari ide atau gagasan yang terkait dengan materi pembelajaran.

2)       Tahap Inkubasi
Pada tahap inkubasi, kegiatan mencari dan menghimpun data atau informasi tidak dilanjutkan. Inkubasi adalah tahap dimana individu seakan-akan melepaskan diri untuk sementara dari masalah tersebut, dalam arti bahwa ia tidak memikirkan masalahnya secara sadar, tapi “ mengeramnya “ dalam alam prasadar, yaitu dimaksudkan diharapkan hadirnya suatu pemahaman serta kematangan terhadap ide yang tadi timbul (setelah dieram).

3)       Tahap Iluminasi
Tahap iluminasi adalah tahap timbulnya „insight’, yaitu saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru, beserta proses-proses psikologi yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi atau gagasan baru. Suatu tingkat penemuan saat inspirasi yang tadi diperoleh, dikelola, digarap, kemudian menuju kepada pengembangan suatu hasil
(product development). Pada masa ini terjadi komunikasi terhadap hasilnya dengan orang yang signifikan (dalam hal ini adalah guru atau orang lain yang berkompeten) bagi penentu, sehingga hasil yang telah dicapai dapat lebih disempurnakan lagi.

4)      Tahap Verifikasi
Tahap verifikasi (verification) atau tahap evaluasi adalah tahap dimana ide atau kreasi baru tersebut harus diuji terhadap realitas. Disini diperlukan pemikiran kritis dan konvergen
(pemikiran  kreatif)  dan diikuti  oleh proses  konvergensi (pemikiran  kritis). Tahap ini dapat dilakukan misalnya dalam bentuk simulasi dan diskusi hasil penemuan  tersebut.

c.        Mengapa Belajar Kreatif itu Penting?
Refinger (1980 : 9-13) dalam Conny Semawan (1990:37-38) memberikan empat alasan mengapa belajar kreatif itu penting.
1.      Belajar kreatif membantu anak menjadi berhasil guna jika kita tidak bersama mereka. Belajar kreatif adalah aspek penting dalam upaya kita membantu siswa agar mereka lebihmampu menangani dan mengarahkan belajar bagi mereka sendiri.
2.      Belajar kreatif menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak mampu kita ramalkan yang timbul di masa depan.
3.      Belajar kreatif dapat menimbulkan akibat yang besar dalam kehiduppan kita. Banyak pengalamankreatif yang lebih dari pada sekedar hobi atau hiburan bagi kita. Kita makin menyadari bahwa belajar kreatif dapat mempengaruhi, bahkan mengubah karir dan kehidupan pribadi kita.
4.      Belajar kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar.
d.      Tiga tingkat belajar kreatif (Model Triffinger)
Model pembelajaran Treffinger adalah pembelajaran kreatif yang
bertujuan untuk mengembangkan kreativitas siswa dengan menggunakan ketrampilan afektif dan kognitif yang termuat dalam tiga tingkatan yaitu basic tools, practice with proses, dan
working with real problem.Tingkat I adalah  basic tools, yaitu pengembangan fungsi-fungsi divergen, Tingkat II adalah practice with proses, merupakan proses berpikir dan perasaan majemuk, dan tingkat III adalah working with real problem,  yaitu pengaplikasian pada dunia nyata.

2.      Mengajar Kreatif
a.      Pengertian Mengajar Kreatif
Definisi mengajar adalah memberikan petunjuk yang sebenarnya kepada orang lain (Hoetomo,MA,1999) sedangkan Kreativitas Menurut Jamridafrizal.S.A.g.S.S.M.Hum (2010) Kreativitas ialah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gaya hidup, gagasan, proses maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan yang telah ada sebelumnya.

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar kreatif adalah memberikan petunjuk yang sebenarnya kepada orang lain dengan sesuatu yang baru baik berupa gaya hidup, gagasan, proses maupun karya nyata yang relatif berbeda dari cara yang ada sebelumnya.

b.      Teknik Mengajar Kreatif
1.      Melakukan Pemanasan
Sebelum memulai dengan kegiatan yang menuntut prilaku kreatif siswa sesuai dengan rencana pelajaran lebih dahulu diusahakan sikap menerima (reseptif) di Kalangan siswa, terutama berlaku apabila siswa sebelumnya baru saja terlibat dalam suatu penguasaan yang berstruktur, mengerjakan soal fiqih, tugas atau kegiatan, bertujuan meningkatkan pemikiran kreatif menuntut sikap belajar yang berbeda lebih terbuka dan tertantang berperanserta secara aktif dengan memberikan gagasan-gagasan sebanyak mungkin untuk itu diberikan  pemanasan yang dapat tercapai dengan memberikan pertanyaan pertanyaan terbuka dengan menimbulkan minat dan rasa ingin tahu siswa. 

2.      Pemikiran dan perasaan terbuka
Teknik pemikiran dan perasaan berakhir terbuka ingin mengupayakan agar peserta didik terdorong memunculkan perilaku divergen. Perilaku ini dapat dirangsang dengan cara mengajukan pertanyaan dan memungkinkan peserta didik mengungkapkan segala perasaan dan pikiran sebagai jawaban.

3.      Strategi Belajar Kreatif
Strategi Pembelajaran kreatif yang diberi nama “Majelis” ini cocok digunakan untuk mata pelajaran TIK, IPA, Penjaskes, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Pendidikan Agama, Keterampilan, Seni Budaya, IPS, dan Matematika. Dasar pemikiran mengapa muncul strategi pembelajaran ini adalah sifat dasar alamiah manusia yang senantiasa ingin berkumpul dan bercakap-cakap, atau berdiskusi. Strategi pembelajaran kreatif majelis ini mudah dilaksanakan karena tidak memerlukan setting ruangan secara khusus. Selain itu, selama pembelajaran siswa dapat melatih kecerdasan emosional, kemandirian, berbicara, menulis, membaca, mendengarkan, bergerak, dan tentu saja bersenang-senang.
Melalui strategi pembelajaran kreatif majelis ini, setiap kelompok siswa misalnya diberi tugas untuk menggabungkan potongan-potongan informasi atau gambar menjadi sesuatu yang utuh dan bermakna. Melalui kegiatan pembelajaran yang menggunakan strategi “Majelis” ini, dapat diharapkan siswa menjadi aktif baik secara fisik maupun mental. Mereka pasti lebih suka menggeser-geser kartu dan mereka-reka kata, kalimat, atau simbol untuk membuat hubungan. Selain itu metode ini bagus untuk keterampilan mengurutkan, mengelompokkan,memilih dan mencocokkan. Mereka dapat diminta untuk saling berlomba untuk menjadi yang paling cepat menyelesaikan tugas. Hal ini dilakukan agar setiap kelompok menjadi lebih bersemangat dalam belajar.Strategi pembelajaran “Majelis” dapat divariasikan dengan membuat sistem kompetisi untuk kelompok siswa.
4.      Saran-saran tambahan dalam memupuk iklim belajar yang kreatif
Untuk dapat mengatasi permasalahan dalam pembelajaran yaitu guru harus mengembangkan kreativitasnya dalam pembelajaran. Kreativitas guru merupakan hal penting dalam pembelajaran dan bahkan dapat menjadikan pintu masuk dalam upaya meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa. Perilaku pembelajaran yang dicerminkan oleh guru cenderung kurang bermakna apabila tidak diimbangi dengan gagasan/ide dan perilaku pembelajaran yang kreatif. Kreativitas adalah kemampuan guru dalam meninggalkan gagasan/ide dan perilaku yang dinilai mapan, rutinitas, usang dan beralih untuk menghasilkan atau memunculkan gagasan/ide dan perilaku baru  itu terwujud ke dalam pola pembelajaran yang di nilai kreatif dan adaptif terhadap perubahan (Agung 2010 :12).
Mengembangkan kreativitas pembelajaran antara lain sebagai berikut :
a.    Merancang dan Menyiapkan Bahan Ajar/Materi Pelajaran
Merancang dan menyiapkan bahan ajar/materi pelajaran merupakan faktor penting dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran terhadap anak didik dapat berlangsung baik, rancangan  dan persiapan bahan ajar/materi pelajaran pun harus baik pula, cermat dan sistematis. Rancangan atau persiapan bahan ajar/ materi pelajaran berfungsi sebagai pemberi arah pelaksanaan pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat terarah baik dan efektif. Namun hendaknya dalam merancang dan menyiapkan bahan ajar/ materi pelajaran disertai pula dengan gagasan/ide dan perilaku guru yang kreatif  (Agung 2010 :54).
Sejumlah hal dibawah ini mungkin dapat menjadi acuan bagi guru untuk mengembangkan  gagasan/ide dan perilaku kreatif berkaitan dengan menyusun rencana atau persiapan mengajar (Agung 2010 :54-55):
·         Menentukan bahan ajar/materi pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik.
·         Menentukan tujuan pembelajaran dari masing-masing bahan ajar/materi pelajaran yang akan disampaikan.
·         Memilah bahan ajar/materi pelajaran yang dinilai sulit dan mudah diterima oleh peserta didik.
·         Merancang cara pemberian dan membangkitkan perhartian dan semangat belajar siswa, melalui contoh, ilustrasi gaya bahasa yang di gunakan dan lain sebagainya.
·         Merancang cara untuk menimbulkan keaktifan dalam pembelajaran siswa, berupa pemberian tugas mencari bahan ajar, eksperimen, stimulasi, diskusi, perkerjaan rumah dan sebagainya.
·         Merancang cara pemberian pengulangan tehadap bahan ajar yang dinilai sulit melalui tes kecil, pemberian tambahan waktu belajar, pemberian tugas/perkerjaan rumah dan lain sebaginya.
·         Merancang cara memberikan tantangan belajar yang perlu diatasi bersama oleh siswa, baik individual maupun kelompok, seperti menugaskan membaca dan menyimpulakn hasil, tugas, tugas kelompok, pengenalan lingkungan sekitar, memberikan tugas kliping Koran dengan tema sesuai dengan materi pelajaran dan memberikan kesimpulan dan lain sebagainya.
·         Merancang cara untuk balikan dan penguatan, berupa tes kecil harian, pemberian tugas/latihan, pemberian jam pelajaran tambahan untuk penguatan dan sebagainya.
·         Memperhatikan perbedaan karakteristik kemampuan siswa dan mengelompokkan ke dalam siswa pintar, sedang, dan kurang, serta perlakuan yang akan diberikan.
·         Menyusun rencana kerja

b.    Pengelolaan Kelas
Pengelolahan kelas harus sesuai dengan materim, tujuan, dan kebutuhan yang dihadapi. Guru dapat merancang pengelolahan kelas secara variatif untuk menghindarkan proses pembelajaran yang monoton, satu arah dan kering. Sebaliknya, pengelolaan kelas yang terencana dengan baik akan membawa suasana pembelajaran lebih menantang, menarik dan tidak membosabkan. Kreativitas guru dalam pengelolaan kelas (Agung 2010 :56-57):
·         Mengkaji bahan ajar/materi pembelajaran yang akan disampaikan, tujuan pembelajran.
·         Mengkaji bentuk-bentuk pengelolaan kelas dan menentukan dengan kemungkinan penerapan sesuai dengan bahan ajar/materi pelajaran yang akan disampaikan, dalam bentuk klasikal/kelas, berkelompok, berpasangan, perseorangan atau lainnya.
·         Memperhatikan hal-hal pengelolaan kelas terkait denganpemberian dan membangkitkan perhatian dan motivasi peserta didik, mengembangkan keaktifan dalam pembelajara, keterlibatan langsung peserta didik, pemberian pengulangan, pemberian tantangan  belajar, pemberian balikan dan penguatan, serta perbedaan individual siswa.
·         Mengidentifikasi permasalahan dan hambatan dalam pengelolaan dan kebutuhanruang/kelas, serta membahas dengan kepala sekolah dan rekan guru lain untuk mencari alternative pemecahannya.
·         Menyusun rencana kerja terkait pengelolaan kelas.

c.     Pemanfaatan Waktu
Hal yang dapat dilakukan guru dalam mewujudkan gagasan/ide dan perilaku kreatif dalam memanfaatkan waktu antara lain (Agung 2010 :58-59) :
·         Mengkaji rancangan/persiapan pembelajaran yang telah disusun sebelumnya.
·         Menyusun pembagian waktu pembelajaran berdasarkan jenis/bentuk pengajaran, misalkan penyampaian bahan ajar/materi pelajaran, diskusi, eksperimen, dan lain sebagainya.
·         Merancang dan menyususun pembagian waktu untuk membangkitkan perhatian dan motivasi peserta didik, keterlibatan langsung, keaktifan, pengulangan, balikan dan penguatan, sampai dengan penambahan jam pelajaran.
·         Mengidentifikasi permasalahan dan  hambatan yang muncul dalam upaya memberikan tambahan waktu belajar kepada siswa
·         Membahas dengan kepala sekolah dan rekan guru lain untuk mencari alternatif pemecahannya.
·         Menyusun rencana kerja pemanfaatan waktu.

d.    Penggunaan Metode Pembelajaran
Beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk mewujudkan perilaku pembelajaran yang kreatif dalam menggunakan metode pengajaran, yaitu (Agung 2010 :60-61):
·         Mengkaji bentuk metode pembelajaran yang ada.
·         Mengkaji segenap hal terkait  dengan penggunaan metode pembelajaran, mulai dari bahan ajar/materi pelajaran, tujuan pembelajaran yang akan disampaikan, upaya membangkitkan perhatian dan semangat peserta didik, melibatkan keaktifan peserta didik, memberikan balikan dan penguatan, sampai dengan perhatian terhadap perbedaan karakteristik peserta didik.
·         Merancang metode pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pengunaannya.
·         Membahas rancangan penggunaan bentuk metode pembelajaran dan menyiapkan fasilitas pendukung.
·         Mencari bantuan ahli yang berasal dari dalam maupun luar sekolah (apabila diperlukan).
·         Menyususn rancangan kerja pemanfaatan metode pembelajaran.

e.    Penggunaan Media Pembelajaran
Di bawah ini sejumlah langkah/tindakan yang dapat dilaksanakan oleh guru terkait dengan penggunaan media pembelajaran, antara lain (Agung 2010 :62):
·         Mengkaji bentuk-bentuk media pembelajaran yang ada.
·         Mengkaji segenap hal terkait dengan penggunaan media pembelajaran, mulai dari bahan ajar/materi pelajaran, tujuan pembelajaran, upaya membangkitkan perhatian dan semangat peserta didik, melibatkan keaktifan peserta didik, memberikan balikan dan penguatan, sampai dengan perhatian perbedaan karakteristik peserta didik.
·         Merancang dan membahas penggunaan media pembelajaran.
·         Mencari bantuan ahli.
·         Menyusun rencana kerja penggunaan media pembelajaran.

f.     Pengembangan  Alat Evaluasi
Dibawah ini dikemukakan langkah-langkah atau tindakan yang mungkin dapat dilakukan guru dalam mewujudkan gagasan/ide dan perilaku pembelajaran yang kreatif berkaitan dengan pengembangan alat evaluasi tersebut (Agung 2010 :63-65) :
·         Mengidentifikasi jenis/bentuk tes berbagai alat evaluasi hasil belajar siswa/peserta didik serta kaidah-kaidah penulisan soal.
·         Menentukan waktu evaluasi berupa tes/ulangan harian, mingguan, bulanan, cawu dan semester.
·         Menentukan jenis/bentuk tes (uraian, jawaban singkat, isian, pilihan ganda, menjodohkan dan benar salah).
·         Menetapkan jenis/bentuk tes yang telah dipilih.
·         Mengidentifikasi permasalahan, hambatan dan kebutuhan berkenaan dengan penggunaan jenis/bentuk tes.
·         Menentukan alternatif pemecahan permasalahan, hambatan dan kebutuhan yang dihadapi.


Sumber :
http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI._EKONOMI_DAN_KOPERASI/196302211987032-NETI_BUDIWATI/Model_Pembelajaran_Ekonomi-Neti_Budiwati.pdf
penelitiantindakankelas.blogspot.com/2012/07/strategi-pembelajaran-kreatif-majelis.html