Tugas Portofolio 3
Pengembangan Kreativitas dan
Keberbakatan
Belajar dan Mengajar Kreatif
Nama Kelompok:
Amalia
Kusuma Wardhani (10512682)
Sharah
Hanifah (16512958)
Muhammad
Burhan Adli (14512701)
Yanuar
Dwi Dimas Prasetya (1C514354)
Kelas
: 1 PA 18
1.
Arti
Belajar Kreatif
a.
Pengertian
Belajar Kreatif
Kreativitas adalah hasil dari interaksi antara individu dan lingkungannya
seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada dengan
demikian baik berubah di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat
menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif (Munandar, 1995 : 12).
Kreativitas
juga diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru
baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang
telah ada sebelumnya (Supriyadi, 1994 : 7).
Secara
psikoligis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. “belajar juga adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”
(Slameto, 2003 : 2).
Ahli pendidikan
modern merumuskan bahwa belajar adalah suatu bentuk pertmbuhan atau
perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku
yang baru berkat pengalaman dan latihan (Aqib, 2003 : 42). Belajar merupakan
kegiatan yang terjadi
pada semua orang tanpa mengenal batas usia dan berlangsung seumur hidup
(Rohadi, 2003 : 4). Dengan demikian belajar merupakan usaha yang dilakukan
seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk merubah prilakunya, jadi
hasil dari kegiatan belajar adalah berupa perubahan prilaku yang relatif
permanen pada diri orang yang belajar.
Tornace dan
Myres dikutip oleh Triffinger (1980) dalam Semiawan dkk (1987:34) berpendapat
bahwa belajar kreatif adalah “menjadi peka atausadar akan masalah,
kekuarangan-kekurangan, kesenjangan dalam pengetahuan, unsur-unsur yang tidak
ada, ketidak harmonisan dan sebagainya. Mengumpulkam informasi yang ada,
membataskan kesukaran, atau menunjukkan (mengidentifikasi) unsur yang tidak
ada, mencari jawaban, membuat hipotesis, mengubah dan mengujinya,
menyempurnakan dan akhirmnya mengkomunikasikan hasil-hasilnya” .
Sedangkan
proses belajar kreatif menurut Torance dan Myres berpendapat bahwa proses
belajar kreatif sebagai : “keterlibatan dengan sesuatu yang berarti, rasa ingin
tahu dan mengetahui dalam kekaguman, ketidak lengkapan, kekacauan, kerumitan,
ketidakselarasan, ketidakteraturan dan sebagainya.
Kesederhanaan
dari struktur atau mendiagnosis suatu kesulitan dengan mensintesiskan
ionformasi yang telah diketahui, membentuk kombinasi dan mendivergensi dengan
menciptakan alternatif-alternatif baru, kemungkinan-kemungkinan baru, dan
sebagainya. Mempertimbangkan, menilai, memeriksa, dan menguji
kemungkinan-kemungkinan baru, menyisihkan, memecahkan yang tidak berhasil,
salah dan kurang baik, memilih pemecahan yang paling baik dan membuatnya
menarik atau menyenangkan secara estesis, mengkonunikasi hasi-hasilnya kepada
orang lain” (Semiawan, DKK. 1987 : 35).
Dengan demikian
dalam belajar kreatif harus melibatkan komponen-komponen pengalaman belajar
yang paling menyenangkan dan paling tidak menyenangkan lalu menemukan bahwa
pengalaman dalam proses belajar kreatif sangat mungkin berada di antara
pengalaman-penglaman belajar yang sangat menenangkan, pengalama-pengalaman yang
sangat memberikan kepuasan kepada kita dan yang sangat bernilai bagi kita.
Jadi kreativitas
belajar dapat diartikan sebagai kemampuan siswa menciptakan hal-hal baru
dalam belajarnya baik berupa kemampuan mengembangkan kemampuan formasi
yang diperoleh dari guru dalam proses belajar mengajar yang berupa pengetahuan
sehingga dapat membuat kombinasi yang baru dalam belajarnya.
b.
Proses
Belajar Kreatif
Graham
Wallas (1926)dalam bukunya „The Art of Thought’
yang mengatakan
bahwa proses kreatif meliputi empat tahap, yaitu (1) persiapan; (2)
inkubasi; (3) iluminasi, dan (4) verifikasi.
1) Tahap persiapan/orientasi(preparasi)
seseorang
mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan belajar berfikir, mencari
jawaban, bertanya kepada orang lain. Pada tahap persiapan ide datang dan timbul
dari berbagai kemungkinan, dan ini dapat berasaldari guru melalui penjelasan
atau penyampaian informasi topik materi pelajaran atau dapat pula dari siswa
yang sebelumnya telah ditugaskan oleh guru untuk mencari ide atau gagasan yang
terkait dengan materi pembelajaran.
2) Tahap Inkubasi
Pada tahap inkubasi, kegiatan mencari dan menghimpun data
atau informasi tidak dilanjutkan. Inkubasi adalah tahap dimana individu seakan-akan
melepaskan diri untuk sementara dari masalah tersebut, dalam arti bahwa ia
tidak memikirkan masalahnya secara sadar, tapi “ mengeramnya “ dalam alam prasadar,
yaitu dimaksudkan diharapkan hadirnya suatu pemahaman serta kematangan terhadap
ide yang tadi timbul (setelah dieram).
3) Tahap Iluminasi
Tahap iluminasi adalah tahap timbulnya
„insight’, yaitu saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru, beserta proses-proses
psikologi yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi atau gagasan baru.
Suatu tingkat penemuan saat inspirasi yang tadi diperoleh, dikelola, digarap,
kemudian menuju kepada pengembangan suatu hasil
(product development). Pada masa ini
terjadi komunikasi terhadap hasilnya dengan orang yang signifikan (dalam hal
ini adalah guru atau orang lain yang berkompeten) bagi penentu, sehingga hasil
yang telah dicapai dapat lebih disempurnakan lagi.
4) Tahap
Verifikasi
Tahap verifikasi (verification)
atau tahap evaluasi adalah tahap dimana ide atau kreasi baru tersebut harus
diuji terhadap realitas. Disini diperlukan pemikiran kritis dan konvergen
(pemikiran kreatif)
dan diikuti oleh proses konvergensi (pemikiran kritis). Tahap ini dapat dilakukan misalnya
dalam bentuk simulasi dan diskusi hasil penemuan tersebut.
c.
Mengapa Belajar Kreatif itu Penting?
Refinger
(1980 : 9-13) dalam Conny Semawan (1990:37-38) memberikan empat alasan mengapa
belajar kreatif itu penting.
1. Belajar
kreatif membantu anak menjadi berhasil guna
jika kita tidak bersama mereka. Belajar kreatif adalah aspek penting dalam
upaya kita membantu siswa agar mereka lebihmampu menangani dan mengarahkan
belajar bagi mereka sendiri.
2. Belajar kreatif menciptakan
kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak mampu kita
ramalkan yang timbul di masa depan.
3. Belajar kreatif dapat menimbulkan
akibat yang besar dalam kehiduppan kita. Banyak pengalamankreatif yang lebih
dari pada sekedar hobi atau hiburan bagi kita. Kita makin menyadari bahwa
belajar kreatif dapat mempengaruhi, bahkan mengubah karir dan kehidupan pribadi
kita.
4. Belajar kreatif dapat menimbulkan
kepuasan dan kesenangan yang besar.
d.
Tiga tingkat belajar kreatif (Model
Triffinger)
Model pembelajaran Treffinger adalah
pembelajaran kreatif yang
bertujuan untuk mengembangkan kreativitas
siswa dengan menggunakan ketrampilan afektif dan kognitif yang termuat dalam
tiga tingkatan yaitu basic tools, practice with proses, dan
working with real problem.Tingkat I
adalah basic tools, yaitu pengembangan
fungsi-fungsi divergen, Tingkat II adalah practice with proses, merupakan
proses berpikir dan perasaan majemuk, dan tingkat III adalah working with real
problem, yaitu pengaplikasian pada dunia
nyata.
2.
Mengajar Kreatif
a.
Pengertian Mengajar Kreatif
Definisi
mengajar adalah memberikan petunjuk yang sebenarnya kepada orang lain
(Hoetomo,MA,1999) sedangkan Kreativitas Menurut Jamridafrizal.S.A.g.S.S.M.Hum (2010) Kreativitas
ialah kemampuan seseorang
untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gaya hidup, gagasan, proses maupun karya nyata yang relatif berbeda
dengan yang telah ada sebelumnya.
Berdasarkan pendapat yang telah
dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar kreatif adalah memberikan
petunjuk yang sebenarnya kepada orang lain dengan sesuatu yang baru baik berupa
gaya hidup, gagasan, proses maupun karya nyata yang relatif berbeda dari cara
yang ada sebelumnya.
b.
Teknik Mengajar Kreatif
1.
Melakukan Pemanasan
Sebelum
memulai dengan kegiatan yang menuntut prilaku kreatif siswa sesuai dengan
rencana pelajaran lebih dahulu diusahakan sikap menerima (reseptif) di Kalangan
siswa, terutama berlaku apabila siswa sebelumnya baru saja terlibat dalam suatu
penguasaan yang berstruktur, mengerjakan soal fiqih, tugas atau kegiatan,
bertujuan meningkatkan pemikiran kreatif menuntut sikap belajar yang berbeda
lebih terbuka dan tertantang berperanserta secara aktif dengan memberikan
gagasan-gagasan sebanyak mungkin untuk itu diberikan pemanasan yang dapat
tercapai dengan memberikan pertanyaan pertanyaan terbuka dengan menimbulkan
minat dan rasa ingin tahu siswa.
2.
Pemikiran dan perasaan terbuka
Teknik
pemikiran dan perasaan berakhir terbuka ingin mengupayakan agar peserta didik
terdorong memunculkan perilaku divergen. Perilaku ini dapat dirangsang dengan
cara mengajukan pertanyaan dan memungkinkan peserta didik mengungkapkan segala
perasaan dan pikiran sebagai jawaban.
3.
Strategi
Belajar Kreatif
Strategi
Pembelajaran kreatif yang diberi nama “Majelis” ini cocok
digunakan untuk mata pelajaran TIK, IPA, Penjaskes, Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris, Pendidikan Agama, Keterampilan, Seni Budaya, IPS, dan Matematika.
Dasar pemikiran mengapa muncul strategi pembelajaran ini adalah sifat dasar
alamiah manusia yang senantiasa ingin berkumpul dan bercakap-cakap, atau
berdiskusi. Strategi pembelajaran
kreatif majelis ini mudah dilaksanakan karena tidak memerlukan setting
ruangan secara khusus. Selain itu, selama pembelajaran siswa dapat melatih
kecerdasan emosional, kemandirian, berbicara, menulis, membaca, mendengarkan,
bergerak, dan tentu saja bersenang-senang.
Melalui strategi pembelajaran kreatif
majelis ini, setiap kelompok siswa misalnya diberi tugas untuk menggabungkan
potongan-potongan informasi atau gambar menjadi sesuatu yang utuh dan bermakna.
Melalui kegiatan pembelajaran yang menggunakan strategi “Majelis” ini, dapat
diharapkan siswa menjadi aktif baik secara fisik maupun mental. Mereka pasti
lebih suka menggeser-geser kartu dan mereka-reka kata, kalimat, atau simbol
untuk membuat hubungan. Selain itu metode ini bagus untuk keterampilan
mengurutkan, mengelompokkan,memilih dan mencocokkan. Mereka dapat diminta untuk
saling berlomba untuk menjadi yang paling cepat menyelesaikan tugas. Hal ini
dilakukan agar setiap kelompok menjadi lebih bersemangat dalam belajar.Strategi
pembelajaran “Majelis” dapat divariasikan dengan membuat sistem kompetisi untuk
kelompok siswa.
4.
Saran-saran
tambahan dalam memupuk iklim belajar yang kreatif
Untuk dapat mengatasi
permasalahan dalam pembelajaran yaitu guru harus mengembangkan kreativitasnya
dalam pembelajaran. Kreativitas guru merupakan hal penting dalam pembelajaran
dan bahkan dapat menjadikan pintu masuk dalam upaya meningkatkan pencapaian
hasil belajar siswa. Perilaku pembelajaran yang dicerminkan oleh guru cenderung
kurang bermakna apabila tidak diimbangi dengan gagasan/ide dan perilaku
pembelajaran yang kreatif. Kreativitas adalah kemampuan guru dalam meninggalkan
gagasan/ide dan perilaku yang dinilai mapan, rutinitas, usang dan beralih untuk
menghasilkan atau memunculkan gagasan/ide dan perilaku baru itu terwujud ke dalam pola pembelajaran yang
di nilai kreatif dan adaptif terhadap perubahan (Agung 2010 :12).
Mengembangkan kreativitas
pembelajaran antara lain sebagai berikut :
a. Merancang dan Menyiapkan Bahan Ajar/Materi Pelajaran
Merancang dan menyiapkan bahan ajar/materi pelajaran merupakan faktor
penting dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran terhadap anak didik dapat
berlangsung baik, rancangan dan
persiapan bahan ajar/materi pelajaran pun harus baik pula, cermat dan
sistematis. Rancangan atau persiapan bahan ajar/ materi pelajaran berfungsi
sebagai pemberi arah pelaksanaan pembelajaran, sehingga proses pembelajaran
dapat terarah baik dan efektif. Namun hendaknya dalam merancang dan menyiapkan
bahan ajar/ materi pelajaran disertai pula dengan gagasan/ide dan perilaku guru
yang kreatif (Agung 2010 :54).
Sejumlah hal dibawah ini mungkin dapat menjadi acuan bagi guru untuk
mengembangkan gagasan/ide dan perilaku
kreatif berkaitan dengan menyusun rencana atau persiapan mengajar (Agung 2010
:54-55):
·
Menentukan
bahan ajar/materi pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik.
·
Menentukan
tujuan pembelajaran dari masing-masing bahan ajar/materi pelajaran yang akan
disampaikan.
·
Memilah bahan
ajar/materi pelajaran yang dinilai sulit dan mudah diterima oleh peserta didik.
·
Merancang cara
pemberian dan membangkitkan perhartian dan semangat belajar siswa, melalui
contoh, ilustrasi gaya bahasa yang di gunakan dan lain sebagainya.
·
Merancang cara
untuk menimbulkan keaktifan dalam pembelajaran siswa, berupa pemberian tugas
mencari bahan ajar, eksperimen, stimulasi, diskusi, perkerjaan rumah dan
sebagainya.
·
Merancang cara
pemberian pengulangan tehadap bahan ajar yang dinilai sulit melalui tes kecil,
pemberian tambahan waktu belajar, pemberian tugas/perkerjaan rumah dan lain
sebaginya.
·
Merancang cara
memberikan tantangan belajar yang perlu diatasi bersama oleh siswa, baik
individual maupun kelompok, seperti menugaskan membaca dan menyimpulakn hasil,
tugas, tugas kelompok, pengenalan lingkungan sekitar, memberikan tugas kliping
Koran dengan tema sesuai dengan materi pelajaran dan memberikan kesimpulan dan
lain sebagainya.
·
Merancang cara
untuk balikan dan penguatan, berupa tes kecil harian, pemberian tugas/latihan,
pemberian jam pelajaran tambahan untuk penguatan dan sebagainya.
·
Memperhatikan
perbedaan karakteristik kemampuan siswa dan mengelompokkan ke dalam siswa
pintar, sedang, dan kurang, serta perlakuan yang akan diberikan.
·
Menyusun
rencana kerja
b. Pengelolaan Kelas
Pengelolahan kelas harus sesuai dengan materim, tujuan, dan kebutuhan yang
dihadapi. Guru dapat merancang pengelolahan kelas secara variatif untuk
menghindarkan proses pembelajaran yang monoton, satu arah dan kering.
Sebaliknya, pengelolaan kelas yang terencana dengan baik akan membawa suasana
pembelajaran lebih menantang, menarik dan tidak membosabkan. Kreativitas guru dalam pengelolaan kelas (Agung 2010 :56-57):
·
Mengkaji bahan
ajar/materi pembelajaran yang akan disampaikan, tujuan pembelajran.
·
Mengkaji
bentuk-bentuk pengelolaan kelas dan menentukan dengan kemungkinan penerapan
sesuai dengan bahan ajar/materi pelajaran yang akan disampaikan, dalam bentuk
klasikal/kelas, berkelompok, berpasangan, perseorangan atau lainnya.
·
Memperhatikan
hal-hal pengelolaan kelas terkait denganpemberian dan membangkitkan perhatian
dan motivasi peserta didik, mengembangkan keaktifan dalam pembelajara,
keterlibatan langsung peserta didik, pemberian pengulangan, pemberian
tantangan belajar, pemberian balikan dan
penguatan, serta perbedaan individual siswa.
·
Mengidentifikasi
permasalahan dan hambatan dalam pengelolaan dan kebutuhanruang/kelas, serta
membahas dengan kepala sekolah dan rekan guru lain untuk mencari alternative
pemecahannya.
·
Menyusun
rencana kerja terkait pengelolaan kelas.
c. Pemanfaatan Waktu
Hal yang dapat
dilakukan guru dalam mewujudkan gagasan/ide dan perilaku kreatif dalam
memanfaatkan waktu antara lain (Agung 2010 :58-59) :
·
Mengkaji
rancangan/persiapan pembelajaran yang telah disusun sebelumnya.
·
Menyusun
pembagian waktu pembelajaran berdasarkan jenis/bentuk pengajaran, misalkan
penyampaian bahan ajar/materi pelajaran, diskusi, eksperimen, dan lain
sebagainya.
·
Merancang dan
menyususun pembagian waktu untuk membangkitkan perhatian dan motivasi peserta
didik, keterlibatan langsung, keaktifan, pengulangan, balikan dan penguatan,
sampai dengan penambahan jam pelajaran.
·
Mengidentifikasi
permasalahan dan hambatan yang muncul
dalam upaya memberikan tambahan waktu belajar kepada siswa
·
Membahas dengan
kepala sekolah dan rekan guru lain untuk mencari alternatif pemecahannya.
·
Menyusun
rencana kerja pemanfaatan waktu.
d. Penggunaan Metode Pembelajaran
Beberapa hal yang dapat dilakukan
guru untuk mewujudkan perilaku pembelajaran yang kreatif dalam menggunakan
metode pengajaran, yaitu (Agung 2010 :60-61):
·
Mengkaji bentuk
metode pembelajaran yang ada.
·
Mengkaji
segenap hal terkait dengan penggunaan
metode pembelajaran, mulai dari bahan ajar/materi pelajaran, tujuan pembelajaran
yang akan disampaikan, upaya membangkitkan perhatian dan semangat peserta
didik, melibatkan keaktifan peserta didik, memberikan balikan dan penguatan,
sampai dengan perhatian terhadap perbedaan karakteristik peserta didik.
·
Merancang
metode pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pengunaannya.
·
Membahas
rancangan penggunaan bentuk metode pembelajaran dan menyiapkan fasilitas
pendukung.
·
Mencari bantuan
ahli yang berasal dari dalam maupun luar sekolah (apabila diperlukan).
·
Menyususn
rancangan kerja pemanfaatan metode pembelajaran.
e. Penggunaan Media Pembelajaran
Di bawah ini sejumlah langkah/tindakan yang dapat dilaksanakan oleh guru
terkait dengan penggunaan media pembelajaran, antara lain (Agung 2010 :62):
·
Mengkaji
bentuk-bentuk media pembelajaran yang ada.
·
Mengkaji
segenap hal terkait dengan penggunaan media pembelajaran, mulai dari bahan
ajar/materi pelajaran, tujuan pembelajaran, upaya membangkitkan perhatian dan semangat
peserta didik, melibatkan keaktifan peserta didik, memberikan balikan dan
penguatan, sampai dengan perhatian perbedaan karakteristik peserta didik.
·
Merancang dan
membahas penggunaan media pembelajaran.
·
Mencari bantuan
ahli.
·
Menyusun
rencana kerja penggunaan media pembelajaran.
f. Pengembangan Alat Evaluasi
Dibawah ini dikemukakan langkah-langkah atau tindakan yang mungkin dapat
dilakukan guru dalam mewujudkan gagasan/ide dan perilaku pembelajaran yang
kreatif berkaitan dengan pengembangan alat evaluasi tersebut (Agung 2010
:63-65) :
·
Mengidentifikasi
jenis/bentuk tes berbagai alat evaluasi hasil belajar siswa/peserta didik serta
kaidah-kaidah penulisan soal.
·
Menentukan
waktu evaluasi berupa tes/ulangan harian, mingguan, bulanan, cawu dan semester.
·
Menentukan
jenis/bentuk tes (uraian, jawaban singkat, isian, pilihan ganda, menjodohkan
dan benar salah).
·
Menetapkan
jenis/bentuk tes yang telah dipilih.
·
Mengidentifikasi
permasalahan, hambatan dan kebutuhan berkenaan dengan penggunaan jenis/bentuk
tes.
·
Menentukan
alternatif pemecahan permasalahan, hambatan dan kebutuhan yang dihadapi.
Sumber :
http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI._EKONOMI_DAN_KOPERASI/196302211987032-NETI_BUDIWATI/Model_Pembelajaran_Ekonomi-Neti_Budiwati.pdf
penelitiantindakankelas.blogspot.com/2012/07/strategi-pembelajaran-kreatif-majelis.html